Sunday, April 3, 2016

Menyusuri Indahnya Cirebon.. (Part I)





Hiruk pikuk stasiun Prujakan
Akhir bulan kemaren tanpa direncana dan diduga, ane nyasar ke cirebon gan.. yah, namanya rejeki anak sholeh, tiba-tiba ane diajak mas Syamsul melancong ke Cirebon.
Berangkat dari Stasiun Weleri pukul 02:28 dini hari kita naik kereta api kertajaya dan nyampe di Stasiun Cirebon Prujakan pukul 05:12 pagi. Menikmati pagi di Cirebon sungguh emejing gan. Kota yang ramai tapi juga bersahabat. Orangnya ramah-ramah. Dengan logat sunda-jawa, abang-abang becak juga tukang jajanan silih berganti menawarkan pada kami. Tapi karena masih pagi dan kami ingin menikmati suasana pagi disana, maka kami putuskan jalan kaki menuju tujuan pertama kami yaitu “MAKAM SUNAN GUNUNG JATI” yang berjarak 6km dari stasiun prujakan. Yups, 6km... tapi itu mah gak jadi masalah karena waktu kita emang gak keburu-buru..

Perjalanan dimulai dari Jl. Siliwangi..
Kota Cirebon menurut sejarah memang sudah ada sejak abad 15. Jadi gak heran ketika melewati sana banyak bangunan kuno. Terutama arsitektur belanda. Berjalan 6km gak terasa terlalu melelahkan karena disuguhi pemandangan kota yg indah..

Monumen lokomotif di depan Stasiun besar cirebon


Ayo piknik..

Kantor walikota cirebon

Kaya orang hilang yak..
Pukul 10 siang, kita sampai di Komplek makam sunan Gunung Jati, cuaca yang sangat panas menurut ane bikin gerah. Akhirnya masuk ke tempat mandi yang disediakan warga, terus tidur dulu sampai dhuhur..
Memasuki komplek makam masih agak sepi karena kata warga sekitar, makam mulai ramai peziarah biasanya siang menjelang sore, apalagi mala jum’at.
Yang kurang sreg dimata ane, (maaf) banyaknya sekali orang yg meminta-minta sedekah disepanjang jalan menuju komplek makam, bahkan ada juga yg menarik-narik baju. Menurut ane itu bikin kurang nyaman peziarah..

Gapura komplek makam sunan gunung jati

Masjid di dalam komplek makam

Adem didalam masjidnya sunan gunung jati J
Panggung tempat ngaji sunan gunung jati pemberian dari prabu Siliwangi
Keramik dari china yg menghiasi makam..

Rehat sejenak..
 Gak pernah sepi..
Bangunan makam Sunan Gunung Jati memiliki gaya arsitektur yang unik, yaitu kombinasi gaya arsitektur Jawa, Arab, dan Cina. Arsitektur Jawa terdapat pada atap bangunan yang berbentuk limasan. Arsitektur Cina tampak pada desain interior dinding makam yang penuh dengan hiasan keramik dan porselin. Selain menempel pada dinding makam, benda-benda antik tersebut juga terpajang di sepanjang jalan makam. Semua benda itu sudah berusia ratusan tahun, namun kondisinya masih terawat. Benda-benda tersebut dibawa oleh istri Sunan Gunung Jati, Nyi Mas Ratu Rara Sumandeng dari Cina sekitar abad ke-13 M. Sedangkan arsitektur Timur Tengah terletak pada hiasan kaligrafi yang terukir indah pada dinding dan bangunan makam itu. (sumber: google. Hehehe)
Pas disitu, ane sempet ngobrol-ngobrol dengan bapak Kaidi. Beliau adalah salah 1 dari sekian banyak penjaga makam sunan gunung jati. Menurut penuturan beliau, untuk sampai makam sunan gunung jati harus melewati 9 pintu. Tapi pengunjung biasa hanya sampai pintu ketiga yang bernama pintu Pasujudan. Dan gak semua orang bisa masuk ke makam. Hanya keturunan sunan gunung jati, anggota keraton saja yang bisa masuk. Tapi jika ada yang pingin masuk, kita kudu minta ijin khusus dari keraton cirebon dan memberikan sumbangan untuk mengadakan selamatan di makam. Jadi hanya orang-orang yang spesial yang bisa masuk.
Ata kalo tidak, setiap setahun sekali, tepatnya tanggal 12 maulid jam 8 malam, makam Sunan gunung jati dibuka oleh keluarga keraton untuk diganti klambu dan diadakan penjamasan keris peninggalan sunan gunung jati..
Akhirnya setelah selesai ngobrol terus do’a bentar, kita pamitan dengan bapak Kaidi. Terus ane kluar dari komplek makam..
Yupss... itu cerita anak SD banget yah.. tpi gpp lah, namanya juga gak bisa nulis, Cuma pengen cerita..

Ikuti perjalanan selanjutnya di  “Menyusuri Indahnya Cirebon Part II” J
 Makam-makam keturunan sunan gunung jati
Bapak kaidi