Hiruk pikuk stasiun Prujakan
Akhir bulan kemaren tanpa direncana
dan diduga, ane nyasar ke cirebon gan.. yah, namanya rejeki anak sholeh,
tiba-tiba ane diajak mas Syamsul melancong ke Cirebon.
Berangkat dari Stasiun Weleri pukul
02:28 dini hari kita naik kereta api kertajaya dan nyampe di Stasiun Cirebon
Prujakan pukul 05:12 pagi. Menikmati pagi di Cirebon sungguh emejing gan. Kota
yang ramai tapi juga bersahabat. Orangnya ramah-ramah. Dengan logat sunda-jawa,
abang-abang becak juga tukang jajanan silih berganti menawarkan pada kami. Tapi
karena masih pagi dan kami ingin menikmati suasana pagi disana, maka kami
putuskan jalan kaki menuju tujuan pertama kami yaitu “MAKAM SUNAN GUNUNG JATI”
yang berjarak 6km dari stasiun prujakan. Yups, 6km... tapi itu mah gak jadi
masalah karena waktu kita emang gak keburu-buru..
Perjalanan dimulai dari Jl. Siliwangi..
Kota Cirebon menurut sejarah memang
sudah ada sejak abad 15. Jadi gak heran ketika melewati sana banyak bangunan
kuno. Terutama arsitektur belanda. Berjalan 6km gak terasa terlalu melelahkan
karena disuguhi pemandangan kota yg indah..
Monumen lokomotif di depan Stasiun besar
cirebon
Ayo piknik..
Kantor walikota cirebon
Kaya orang hilang yak..
Pukul 10 siang, kita sampai di
Komplek makam sunan Gunung Jati, cuaca yang sangat panas menurut ane bikin
gerah. Akhirnya masuk ke tempat mandi yang disediakan warga, terus tidur dulu
sampai dhuhur..
Memasuki komplek makam masih agak
sepi karena kata warga sekitar, makam mulai ramai peziarah biasanya siang
menjelang sore, apalagi mala jum’at.
Yang kurang sreg dimata ane, (maaf)
banyaknya sekali orang yg meminta-minta sedekah disepanjang jalan menuju
komplek makam, bahkan ada juga yg menarik-narik baju. Menurut ane itu bikin
kurang nyaman peziarah..
Gapura komplek makam sunan gunung jati
Masjid di dalam komplek makam
Adem didalam masjidnya sunan gunung jati J
Panggung tempat ngaji sunan gunung jati pemberian dari prabu
Siliwangi
Keramik dari china yg menghiasi makam..
Rehat sejenak..
Gak pernah sepi..
Bangunan makam Sunan Gunung Jati memiliki gaya arsitektur yang
unik, yaitu kombinasi gaya arsitektur Jawa, Arab, dan Cina. Arsitektur Jawa
terdapat pada atap bangunan yang berbentuk limasan. Arsitektur Cina tampak pada
desain interior dinding makam yang penuh dengan hiasan keramik dan porselin. Selain menempel pada dinding makam, benda-benda antik
tersebut juga terpajang di sepanjang jalan makam. Semua benda itu sudah berusia
ratusan tahun, namun kondisinya masih terawat. Benda-benda tersebut dibawa oleh
istri Sunan Gunung Jati, Nyi Mas Ratu Rara Sumandeng dari Cina sekitar abad
ke-13 M. Sedangkan arsitektur Timur Tengah terletak pada hiasan
kaligrafi yang terukir indah pada dinding dan bangunan makam itu. (sumber:
google. Hehehe)
Pas disitu, ane sempet ngobrol-ngobrol dengan bapak Kaidi. Beliau
adalah salah 1 dari sekian banyak penjaga makam sunan gunung jati. Menurut penuturan
beliau, untuk sampai makam sunan gunung jati harus melewati 9 pintu. Tapi pengunjung
biasa hanya sampai pintu ketiga yang bernama pintu Pasujudan. Dan gak semua
orang bisa masuk ke makam. Hanya keturunan sunan gunung jati, anggota keraton
saja yang bisa masuk. Tapi jika ada yang pingin masuk, kita kudu minta ijin
khusus dari keraton cirebon dan memberikan sumbangan untuk mengadakan selamatan
di makam. Jadi hanya orang-orang yang spesial yang bisa masuk.
Ata kalo tidak, setiap setahun sekali, tepatnya tanggal 12
maulid jam 8 malam, makam Sunan gunung jati dibuka oleh keluarga keraton untuk
diganti klambu dan diadakan penjamasan keris peninggalan sunan gunung jati..
Akhirnya setelah selesai ngobrol terus do’a bentar, kita pamitan
dengan bapak Kaidi. Terus ane kluar dari komplek makam..
Yupss... itu cerita anak SD banget yah.. tpi gpp lah, namanya
juga gak bisa nulis, Cuma pengen cerita..
Ikuti perjalanan selanjutnya di “Menyusuri Indahnya Cirebon Part II” J
Makam-makam keturunan sunan gunung
jati
Bapak kaidi